Adab Menuntut Ilmu Menurut Imam Syafii



Imam Syafii raḥimahullāh memberikan nasihat yang sangat berharga tentang adab-adab menuntut ilmu dalam kitabnya Dīwān al-Shāfi’i. Nasihat berharga beliau patut untuk direnungkan bagi para penuntut ilmu agar ilmu yang dipelajari menjadi ilmu yang bermanfaat dan barakah.

Imam Syafii raḥimahullāh berkata:

اصبر على مر الجفا من معلم … فإن رسوب العلم في نفراته

ومن لم يذق مر التعلم ساعة … تجرع ذل الجهل طول حياته

ومن فاته التعليم وقت شبابه … فكبر عليه أربعا لوفاته

وذات الفتى -والله-بالعلم والتقى … إذا لم يكونا لا اعتبار لذاته

“Sabarlah kamu akan pahitnya seorang guru. Sebab mantapnya ilmu karena banyaknya guru. Barangsiapa yang tidak tahan dengan penatnya belajar maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan selama hidupnya. Barangsiapa ketinggalan belajar pada waktu mudanya, takbirlah kepadanya empat kali, anggap saja dia sudah mati. Seorang pemuda akan berarti jika ia berilmu dan bertakwa. Apabila kedua hal itu tidak ada dalam dirinya maka pemuda itu pun tak bermakna lagi.”

Terdapat beberapa pesan indah yang disampaikan oleh Imam Syafii raḥimahullāh di atas, di antaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, Memperbanyak guru dan menghormatinya.

Perkataan Imam Syafii raḥimahullāh “Sabarlah kamu akan pahitnya seorang guru. Sebab mantapnya ilmu karena banyaknya guru.” Memberikan pesan agar kita banyak berguru dan bersikap hormat kepada mereka. Dengan banyak berguru maka kita akan banyak mengambil ilmu dari mereka. Para ulama terdahulu tidak mencukupkan diri dengan beberapa guru saja dalam belajar ilmu agama. Ada yang gurunya puluhan, ratusan, dan bahkan adapula yang mencapai ribuan.

Dalam belajar ilmu dari seorang guru maka sudah sepantasnya seorang murid menghormati gurunya. Karena gurunya adalah manusia yang berjasa baginya. Dalam hadis dikatakan “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” Maka guru adalah di antara sosok manusia terbaik yang masuk dalam kategori hadis tersebut. Adapun di antara cara menghormati guru adalah dengan mendoakan kebaikan untuknya, menyimak penjelasannya, tidak memotong pembicaraannya, membantu kebutuhannya, dan tidak berkata serta bersikap yang dapat menyakiti hatinya.

Kedua, Sabar dan bersungguh-sungguh.

Perkataan Imam Syafii raḥimahullāh “Barangsiapa yang tidak tahan dengan penatnya belajar maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan selama hidupnya.” Bermakna bahwa dalam proses belajar seseorang harus bersungguh-sungguh dan sabar. Sikap sabar dalam belajar dan sungguh-sungguh merupakan syarat mutlak jika ingin meraih kesuksesan. Perhatikanlah perkataan Khidir ‘alaihisalām kepada Musa saat Musa ‘alaihisalām hendak belajar bersamanya, “Musa berkata kepadanya “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku ilmu yang benar yang telah diajarkan kepadamu untuk menjadi petunjuk? Dia menjawab “Sungguh, engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”. Dia (Musa) berkata, “Insya Allah akan engkau dapati aku orang yang sabar, dan aku tidak akan menentengmu dalam urusan apapun.” (QS. Al-Kahfi [18]: 66-69)

Oleh karena itu, para penuntut ilmu wajib bersabar dalam menjalani proses tahap demi tahap dan dari waktu ke waktu. Tidak mengenal kata menyerah dan tidak pula putus asa.

Ketiga, Belajar sejak usia dini.

Perkataan Imam Syafii raḥimahullāh “Barangsiapa ketinggalan belajar pada waktu mudanya, takbirlah kepadanya empat kali, anggap saja dia sudah mati.” Memberikan pesan agar kita belajar ilmu agama sejak usia dini. Belajar sejak usia lebih fokus dan lebih mudah dibandingkan ketika sudah dewasa. Imam al-Hasan berkata, “Belajar di waktu kecil bagai mengukit di atas batu.” (al-Madkhal Fi Sunan al-Kubra). Belajar sejak usia dini tidak disibukkan dengan pekerjaan mencari nahkah, urusan rumah tangga, dan berbagai problematika kehidupan.

Keempat, Mengamalkan ilmu dan bertakwa

Perkataan Imam Syafii raḥimahullāh “Seorang pemuda akan berarti jika ia berilmu dan bertakwa. Apabila kedua hal itu tidak ada dalam dirinya maka pemuda itu pun tak bermakna lagi.” Memberikan pesan tegas bahwa seorang penuntut ilmu wajib mengamalkan ilmu yang dipelajarinya dan wajib bertakwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tanpa pengamalan ilmu dan takwa maka tidak ada kemuliaan bagi seorang penuntut ilmu bahkan takwa merupakan sebab utama Allah Suhanahu Wa Ta’ala mengajarkan ilmu pada seorang hamba. Allah Subahanahu Wa Ta’ala berfirman dalam surat Albaqarah ayat 282:

وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ

“Dan bertakwalah kepada Allah maka Allah memberikan pengajaran kepada kalian.”